Garda Media – Program Studi (Prodi) S1 Ilmu Sejarah USU menyelenggarakan kuliah umum bertema “Interaksi dan Integrasi Masyarakat Tionghoa di Masa Kolonial”. Kuliah ini diadakan pada Jumat (14/02) di Gedung Pagelaran Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, dan dihadiri oleh Dr. Sri Margana, M. Hum, M. Phil, seorang akademisi dari Universitas Gadjah Mada, sebagai narasumber.
Dalam sambutannya, Dra. Lila Pelita Hati, M. Si., selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Sejarah, mengungkapkan harapan besar terhadap kuliah umum ini. Ia berharap bahwa topik yang dibahas dapat memberikan wawasan luas dan menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa dalam menentukan tema skripsi mereka. “Kuliah umum ini diharapkan bisa memberikan wawasan yang luas dan sebuah tema yang menarik untuk menjadi topik skripsi bagi calon sejarawan di Program Studi S1 Ilmu Sejarah nanti,” ujarnya.
“Baca Juga: 100 Hari Kinerja Prabowo, 82,2% Masyarakat Puas”
Dr. Sri Margana memulai pemaparannya dengan menjelaskan latar belakang tema yang dibahas, yakni buku berjudul Raja Candu Yogyakarta: Memoir Ko Ho Sing 1823-1878 yang ditulisnya sendiri dan diterbitkan oleh Komunitas Bambu. Buku ini mengisahkan kehidupan Ko Ho Sing, seorang pengusaha Tionghoa yang sukses dan terkenal di Yogyakarta dan Surakarta pada masa kolonial. Ko Ho Sing merupakan tokoh yang berhasil membangun jaringan sosial yang kuat dengan kesultanan-kesultanan Jawa tanpa terlibat dalam manuver politik.
Sri Margana juga menjelaskan bahwa buku ini dapat menjadi referensi penting untuk kajian mengenai masyarakat Tionghoa pada masa Kolonial Belanda. Buku ini sangat relevan, khususnya untuk kajian yang berfokus pada wilayah Sumatera Utara. Buku ini memberikan kesaksian multikulturalisme masyarakat Jawa dan Tionghoa pada masa itu. Ini sangat berguna dalam memahami dinamika sosial pada era tersebut.
Dalam wawancara setelah kuliah umum, Sri Margana berharap agar historiografi sejarah Indonesia lebih memperhatikan perspektif minoritas, termasuk masyarakat Tionghoa. “Saya berharap buku ini menambah wawasan, terutama dalam melihat sejarah Indonesia dari perspektif masyarakat Tionghoa. Masyarakat Tionghoa sudah menjadi bagian dari Republik Indonesia, bahkan sejak sebelum Indonesia menjadi sebuah bangsa,” tuturnya.
Sri Margana juga berpesan kepada mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Sumatera Utara agar terus giat membaca buku-buku sejarah. Hal ini untuk memperluas pengetahuan dan mendapatkan ide-ide menarik dalam menulis tugas akhir. Ia mengingatkan bahwa banyak membaca dan berpartisipasi dalam diskusi dapat membantu menemukan inspirasi dalam penelitian sejarah.
“Simak Juga: Apakah Pasta Gigi Arang Benar-benar Efektif Memutihkan Gigi?”